Minggu, 27 Januari 2013

Kearifan Lokal


Spiritual tergantung dari hubungan pribadi kita kepada Yang Maha Kuasa, sedangkan budaya terkait dengan akar yang dalam dari segala tindakan kita dalam kehidupan yang sesuai dengan jati diri kita.
Ada contoh dari Acara Ritual di Keraton Surakarta untuk menanak nasi yang diperuntukkan ”Jumenengan”, acara besar di Keraton. Nasi dimasak menggunakan ”Dandang” (alat memasak nasi) Kyai Sedudho. Segala macam beras dimasak, berasnya harus diperoleh dengan cara ditumbuk dengan ”lesung” (alat tumbuk padi tradisional). Yang menyalakan api ”Sinuwun” (Raja), dengan menggunakan”merang” (jerami). Selama menanak nasi, Dzikir ”La illa ha Illalah” berkumandang terus menerus tidak boleh berhenti. Ini adalah penerapan budaya sekaligus agama. Vibrasi dzikir, mantra yang ditujukan kepada nasi mempunyai pengaruh yang luar biasa. Menumbuk padi memakai lesung menimbulkan irama yang akan mempengaruhi beras. ”Lesung” dan ”alu”(alat penumbuk padi) adalah simbol yoni dan lingga. Semuanya kembali kepada alam. Segala hal ritual mempunyai benang merah dengan faktual.
Anggapan bahwa peninggalan nenek moyang yang kebetulan beragama lain dengan agama yang dianut mayoritas pada saat ini sehingga memandangnya hanya sebagai komoditi pariwisata adalah kurang bijaksana. Masih banyak pengetahuan yang dapat kita gali, bukan tentang agamanya tetapi ilmu pengetahuan yang mendasarinya. Kita lupa bagian-bagian dari candi masing-masing mempunyai makna. Kita lupa para Visvakarma leluhur kita yang menetapkan sebuah bangunan bukan sekedar bangunan, tetapi mempunyai makna yang dalam. Bagi yang mempelajari ”feng shui” bagaimana meletakkan bangunan di pusat-pusat energi yang akan mempunyai pengaruh yang luar biasa. Candi bukan sekedar tempat pemujaaan, tetapi merupakan sebuah Mandala. 

Prinsip Prinsip sosial dasar Kemasyarakatan Dan Pengaruhnya Terhadap Kemandirian Bangsa


Banyak dari masyarakat yang kurang memahami moral sosial ( moral dalam kehidupan berbangsa ) , bahwa moral sosial tidak hanya dilihat dari tatacara berpakaian atau tatacara tutur kata. Hakikinya Moral sosial adalah sudut pandang dari cara berpikir.

Dalam artikel- artikel saya sebelumnya yang membahas permasalahan moral, yang diantaranya:

1. ” Definisi Moral? ” yang memiliki poin:
     ” Moral haruslah terdefinisi agar masing-masing dari masyarakat tidak liar dalam mengartikan moral.      Namun moral juga tidak boleh distandarisasi oleh sebuah lembaga sehingga menjadi dotrin. Moral tidak boleh terjebak dengan standarisasi versi sebuah lembaga atau versi oleh satu individu, moral adalah sikap abstrak yang keluar dari penjabaran manusia, pengembaraan spiritual, sesuai pengalaman masing-masing individu “.

2. ” Akar polapikir manusia ” , yang memiliki poin:
” kita sebagai masyarakat timur tidak kalah secara budaya, atau kita sama majunya dengan masyarakat barat. Yang terpenting kita mulai mencari identitas dari akar kita sendiri, yaitu paham moralitas.
Mulai mencari masa pencerahan kita sendiri. kita tidak bisa mencapai tujuan dengan keyakinan yang semu
Bagaimana kita mau mencari tujuan? sedangkan kita sendiri belum paham siapa kita sesungguhnya.
Bahwa setiap manusia memiliki identitas baik disadari maupun tidak, sifat-sifat dasar tersebut terbawa oleh genetika dari para leluhur kita yang berasalkan dari Timur “.

3. ” Definisi politik yang membumi ” ( Dasar Politik versi Aristoteles ), yang memiliki poin:
Politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama “. Sebuah definisi yang sungguh jauh dari apa yang kita bayangkan.
Memang definisi politik banyak sekali mengalami perjalanan panjang oleh beberapa ahli politik dengan kondisinya ( sesuai masanya), seperti : Adam Smith, Cicero, Friedrich Engels, Immanuel Kant, John Locke, Karl Marx, Lenin, Martin Luther, Max Weber, Nicolo Machiavelli, Rousseau, Samuel P Huntington, Thomas Hobbes, Antonio Gramsci, Harold Crouch, Douglas E Ramage.
Namun, bila kita kembalikan ke esensi filsafat politik seperti Aristoteles, begitu membuminya definisi politik.
Bahwa kita sebagai warga negara, melakukan sesuatu untuk kebaikan bersama , adalah tindakan politik. 

4. ” Spiritual Law of Humanity ” , yang memiliki poin:
” Dengan segala perbedaan sebagai ciri khas budaya Indonesia, idealnya kita memiliki falsafah bahwa ” Perbedaan itu ada untuk saling memahami, bukan saling menghakimi “. Sehingga dengan segala perbedaan yang ada di Indonesia, justru menjadi sumber kekuatan kita, sehingga mampu memberikan contoh kepada bangsa-bangsa lain dalam hal menghargai perbedaan dengan berlandaskan ketulusan.
Maka, bertindaklah selayaknya kita semua bersaudara, sebagai anak cucu bumi pertiwi, karena Apapun agamamu, asalmu, bahasamu..kita semua adalah bangsa Indonesia.

Maka artikel ini ( Prinsip Moral Sosial ) adalah usaha saya untuk memperinci dalam hal penyebaran gagasan moral sosial terhadap problematika sosial yang terjadi pada dunia, khususnya pada masyarakat bangsa Indonesia. Adapun untuk memperjelas gagasan ini, saya memperincinya sesuai dengan keadaan yang terjadi saat ini.

1. Antara Moral Sosial dan moral Agama 

Perbedaan mendasar Moral sosial dan moral agama adalah pada tujuannya, memang ajaran moral banyak terdapat dalam kitab-kitab suci yang bila disimpulkan menjadi kaidah emas ( golden rule ) namun prinsip kitab suci adalah aturan-aturan yang dibuat oleh Tuhan, juga dengan harapan akan pengampunannya yang disertai Karma atau dalam agama monoteis : surga dan neraka.
Maka moral agama adalah perbuatan yang akan dipertanggung jawabkan nantinya terhadap hubungan manusia khusus dengan Tuhan. Sedangkan moral sosial adalah tindakan kita terhadap manusia lain, dimana perbuatan itu berdampak langsung dengan kehidupan antar sesama manusianya.
Tanggung jawab kita terhadap lingkungan sekitar. Dimana tindakan bermoral atau amoral akan berdampak langsung dengan kehidupan sekitar. Berbuat baik karena kita menginginkan kebaikan ada di dunia ini, atau berbuat tindakan amoral / kesalahan, namun dengan meninggalkan sudut pandang pembenaran ( membenarkan kesalahan, menjadi sikap yang umum saja ) dengan sudut pandang moral, kesalahan tidak bias dengan pembenaran, kita menyadari bahwa perbuatan tersebut adalah amoral, sehingga kesadaran tersebut akan mulai kita perbaiki perlahan.
Hal prinsip akan gagasan moral sosial, adalah meyakini agama yang kita yakini, tanpa menyalahkan agama lain, karena hak tersebut adalah hak Tuhan, maka kita sebagai manusia yang hidup di bumi yang bisa kita lakukan adalah saling menghormati harkat dan martabat sesama manusia.

a. Moral Sosial dan Akhlak
Seperti yang dituliskan diatas bahwa akhlak adalah bagian dari moral agama, maka bermoral memiliki perbedaan prinsip dengan akhlak, sebuah analogi: orang yang tak menganut agama atau mempercayai keberadaan Tuhan pun bisa bermoral atau sebaliknya, namun mereka tidak mengenal akhlak dikarenakan ketiadaan menganut moral agama tertentu .

b. Moral Sosial dan Budipekerti
Moral Sosial dan budipekerti memiliki kesamaan arti, namun perbedaannya budipekerti adalah salah satu bagian dari moral sosial, sedangkan gagasan moral sosial mencakup ke cara pikir manusia .


2. Antara Moral Sosial dan Logika 

Masyarakat pada umumnya memiliki standarisasi bahwa polapikir adalah logika, kesalahan ini memiliki banyak faktor ( sejarah peradaban, juga kolonialisme termasuk ditemukannya mesin cetak oleh Gutenberg di eropa turut membesarkan perkembangan Logika ) para pemikir Logika dimulai dari era Thales ( era yunani ) Ptolemius ( ere helenic ) St Thomas aquinas ( era Baroque ) samapai era renaissance dimana para pemikir logika berkembang pada abad 15 dan didukung dengan penemuan mesin cetak, sehingga kebiasaan membaca tidak lagi menjadi kalangan eksklusif, namun mulai menyebar ke masyarakat umum di barat, juga faktor adanya era kolonialisme yang dimualai abad ke 16, dalam gagasan westernisasi penduduk lokal, termasuk mengedepankan logika.

Sedangkan pemikir moral para pemikir dari timur: Saya kutip pembahasan dari bukunya Jan Romein , buku Aera- Europa.. di sebutkan ( bahwa , dunia pernah mengalami krisis moral global ( 300-500 bc ) kemudian datanglah beberapa orang yang berusaha mengatasi krisis tersebut : di cina ada Lao tse dan Confusius ( Kong hucu ) di india ada Sidharta Gautama, di persia ada Zarathustra , di mesir ada Akhenaton ( satu2nya pharaoh yg percaya akan satu Tuhan/ monoistic ) mereka semua mengharapkan agar terbentuknya pola pikir berdasarkan moralitas, kembali ke masa awal dimana manusia tunduk kepada Tuhan).

Namun karena pemikir besar moral terwakili menjadi agama, maka manusia merasa tabu untuk membuka buku-buku para pemikir tersebut, beda dengan mudahnya kita membaca buku etika Aristoteles atau sang pangeran Nicollo Machiavelli atau Spinoza.

Disinilah sekatan- sekatan ajaran moral terbentur, sekatan yang dibuat oleh manusianya sendiri.

Pemakaian logika bukanlah suatu hal yang buruk.. .. tapi terbukti pada abad ini terjadi abad ketidak pastian, termasuk ketidak pastian agama-agama dihadapan tantangan logika.

a. Perbedaan sudut pandang
Logika memakai sudut pandang bahwa segala sesuatu ( argumen , pandangan dan gagasan ) harus memiliki bukti empiris atau nyata, maka bila ada gagasan yang tak bisa terjelaskan, walaupun faktanya ada ..maka akan disebutkan ilmu metafisik, atau tak bernalar. Namun ditengah pencarian kepastian oleh logika memiliki beberapa kerancuan, bila kita analogikan: YxY= X ( Y = masalah atau angka , X = kebenaran atau kepastian ) sebuah analogi 1×1 = 1 , hal yang pasti namun belum tentu benar, karena 3 - 2 pun hasilnya juga 1, 5 - 4 pun hasilnya sama, dan seterusnya.

Maka kebenaran dalam logika akan selalu terjadi ketidak pastian.

Dan hal ini pun berlaku terhadap berbagai masalah ( diluar kalkulasi yang hanya sebagai analogi )

b. Kesamaan sudut pandang
Ada beberapa kesamaan sudut pandang dalam moral dan logika, salah satunya tentang etika berdiskusi atau etika dalam pekerjaan dan seterusnya


3. Antara Moral dan Amoral
Moral sosial secara sikap dan polapikir hanya memiliki dua barometer, bermoral atau tidak ( Amoral ) maka tak ada ruang lagi untuk melakukan dalih ( denial ) pembenaran sikap ( kemunafikan ) yang selalu menganggap baik segala perbuatannya, walaupun jelas-jelas tindakan tersebut salah. Dalam sudut pandang moral, tindakan menyeleweng ( misalnya ) terhadap suami/ atau istri adalah tindakan amoral, atau tindakan korupsi adalah tindakan amoral , tanpa bisa memakai dalih untuk membenarkan tindakan tersebut.


4. Antara Moral Sosial dan Budaya

Banyak dalam kebiasan budaya atau adat istiadat atau kebijakan kuno yang sudah berumur lebih lama dari keberadaan sebuah bangsa, dalam hal ini Indonesia. Sebuah contoh : pandangan mengukur / menakar orang dari bebet bibit bobot.. ini sudah tidak memiliki korelasi lagi terhadap perkembangan moral sosial, dimana kita melihat sifat sesama manusia berdasarkan caranya bersikap, bukan bebet bibit bobotnya.
Juga seperti falsafah-falsafah lain yang sudah tak memiliki kekuatan dalam menyeimbangan derasnya era globalisasi, maka langkah progresive moral sosial pun sangat berhubungan dengan budaya lokal.


5. Antara Moral Sosial dan identitas bangsa

Bangsa-bangsa di belahan bumi lain yang umurnya sudah lebih panjang, memiliki kecendrungan memiliki karakter yang sama terhadap polapikir masyarakatnya, seperti polapikir USA yang sangat eropa sekali ( asal usul pendatang ) juga karakter bangsa Jepang dan India yang sudah begitu kental dikarenakan budaya-budaya kuno atau kisah-kisah legenda yang sudah terpatri didalam pikiran setiap masyarakatnya, sehingga membentuk menjadi identitas bangsanya.
Dalam hal Indonesia, mengingat usia Indonesia yang masih muda ( 66 tahun ) yang sebelumnya adalah kerajaan-kerajaan lokal.
Maka budaya yang ada di Indonesia adalah budaya sumatra atau budaya kalimantan, budaya jawa, budaya sulawesi dan seterusnya, budaya yang jauh lebih tua keberadaannya dari keberadaan negara Indonesia ( hal yang lumrah mengingat negara Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia ).


6. Aplikasi moral sosial

Maka kita harus memiliki metode dalam menjalankan gagasan moral sosial ini, bisa kita memanfaatkan era informasi yang tanpa batas , misalnya dengan menyebarkan paham ini dengan media elektronik, media TV , media koran atau dunia maya.. dan tak kalah penting penyebaran gagasan dari mulut ke mulut dalam diskusi dalam komunitas dari yang terkecil sampai terbesar.
a. Hambatan
Hambatan penyebaran gagasan moral sosial ini adalah, resistensi oleh orang-orang yang menentang pluralisme, juga kelompok prejudis radikal, juga termasuk waktu sebagai kendala utama. Bahwa gagasan penyebaran ini tidak bisa berlangsung secara instan, namun perlahan, karena siapapun yang membicarakan gagasan moral sosial harus benar- benar memahami gagasan ini secara keseluruhan.

b. Peluang
Mengingat penjelasan diatas, bahwa sesungguhnya Indonesia belum meiliki benang merah karakter bangsa, maka dengan gagasan ini kita memulainya dengan membentuk budaya baru dengan identitas ke Indonesiaan, bisa dengan cara mengumpulkan falsafah- falsafah kuno dan mengambil baik-baiknya yang sesuai dengan jaman.
Atau membuat budaya baru yang sesuai dengan keadaan cara bersikap masyarakat saat ini yang memiliki kecendrungan : apatisme, gampang mengeluh, gampang putus asa, tidak berpikiran panjang, gampang terprovokasi, memiliki kecendrungan vandalisme.. dengan kesadaran ini kita bisa membuat budaya atau falsafah baru yang bisa mengubah sikap-sikap negatif agar tidak menjadi karakter bangsa yang serba negatif, menjadikannya karakter bangsa Indonesia baru yang memasuki era pencerahannya.

c. Cara efektif
Tentu gagasan ini, walaupun berasal dari masyarakat namun perlu menggandeng tokoh yang memiliki orientasi kemanusiaan, sehingga saat membicarakannya di media , gagasan ini akan tampak nyata. Juga dengan adanya forum - forum diskusi ( baik di dunia nyata atau dunia maya ) yang membicarakan perihal gagasan moral sosial ini, menjadi pemikiran yang massive ( besar ), sehingga polapikir masyarakat tidak terjebak dengan permasalahan politik yang ada, namun focus untuk menyiapkan masadepannya sendiri, masadepan bangsa yang nantinya akan dipenuhi oleh masyarakat yang bermoral, dan otomatis pemerintah masadepan yang notabene bagian dari masyarakat juga memiliki landasan moral yang kuat.

d. Peran Pemerintah 
Juga harus adanya peran pemerintahuntuk mengkampanyekan gagasan penyebaran moral sosial melalui media koran, radio atau televisi, agar menjadikan gagasan ini terbentuk menjadi budaya.
Hal ini adalah upaya untuk menyeimbangakan pemberitaan media yang selalu negatif, sehingga tanpa disadari pemberitaan negatif yang dilakukan berulang-ulang ini mejadikan masyarakat yang bermental negatif, prejudis, apatis atau dalam kasus tertentu menjadi vandalis ( tentu hal ini terjadi atas dasar sikap masyarakat yang frustasi )
Maka agar efesien dan menjauhi dari bentuk kampanye politik, maka penyebaran gagasan dalam sebuah iklan di televisi, haruslah diperankan oleh artis, bukan oleh pejabat , baik Eksekutif, Legislatif maupun Yudikatif. Minimal durasi kampanye gagasan moral sosial ini disiarkan dua kali dalam satu hari ( hal ini bukanlah bentuk dari doktrinisasi, namun penyuluhan yang memiliki tujuan baik ) , tentu kampanye ini harus dibawahi oleh departemen MENKOKESRA atau MENSOS. Agar sesuai dengan perannya.

e. Penerapan mata pelajaran/ kurikulum perihal moral sosial 
Mengingat era ORBA menggabungkan pendidikan Pendidikan Moral Pancasila yang dimulai dari dini tidak memiliki keberhasilan, atau bisa disebutkan doktrinisasi yang gagal, mengapa?
Prinsipnya moral adalah cara sudut pandang, sedangkan PANCASILA adalah ideologi sebuah bangsa yang bersifat politik ( walaupun didalamnya terdapat falsafah moral ) , namun jelas antara sudut pandang dan landasan politik kebangsaan memiliki perbedaan yang besar.
Maka pendidikan moral sosial sebaiknya dimulai dari dini, tentu dengan cara yang sesuai dengan usia sang anak, agar memahami cara berkehidupan sosial / lingkungan sekitarnya ( dalam kurikulum usia dini sampai menengah ( 6-15 tahun ) dan pemahaman moral sosial akan dampak efek sosial kebangsaan dalam kurikulum tingkat lanjut ( SMU ) .
Perihal Pendidikan Penghayatan Pancasila sebaiknya dimulai saat pengambilan penjurusan saat mulai memasuki bangku perkuliahaan, khususnya dalam kurikulum jurusan politik. Dengan tujuan agar nilai-nilai PANCASILA dapat dihayati secara mendalam oleh masyarakat yang telah memahami pendewasaan dalam berpikir, sehingga meresapi landasan negaranya.


7. Gagasan Moral Sosial dan hubungan dengan gerakan politik

Moral sosial tidak bisa dijadikan aliran, atau partai.. karena begitu terjadi standarisasi moral, maka menjadi dogma atau doktrin, apalagi bila terjadi adanya polisi moral. Maka prinsip moral akan bias karena tergantung/ terjebak oleh siapa yang mendefinisikannya.

Sedangkan hakikinya moral sosial harus timbul berdasarkan dari diri sendiri, tak terdefinisi namun terarah, karena hati yang akan mengatakan cara kita perihal bermoral atau tidak.

Sebuah contoh kasus : seleksi murid sekolah dengan test keperawanan agar sikap moral bisa berkembang kembali. Ini adalah sebuah pandangan moral yang salah kaprah. Justru kebijakan yang mengatas namakan moral namun bertentangan dengan prinsip moral yang harus timbul dari kesadaran diri sendiri, juga diluar dampak efek psikologis dan pelecehan murid wanita terhadap aturan tersebut. Maka bisa dikatakan moral tak bisa dijadikan aturan yang dikeluarkan oleh kelembagaan. 


8. Kegunaaan Moral Sosial

Kegunanaan atau manfaat dari sudut pandang moral sosial adalah adanya pilihan lain selain dari sudut pandang logika, khususnya dalam kebijakan-kebijakan sebuah organisasi, perusahaan atau tatanegara.. yang saat ini begitu banyak terjadi kekacauan karena kebijakan tersebut diambil secara logika tanpa mempertimbangan moralitas, sehingga akan terjadi ketidakpuasan yang memuncak dari masyarakat yang dikelolanya.

Misal dalam keputusan untuk menyatakan perang terhadap negara lain, maka pertimbangan logika : keberadaan alutsita, kesiapan mental tentara, strategi ekonomi dan logistik. Namun juga harus dibarengi dengan pertimbangan sudut pandang kemanusiaan: bagaimana efek psikologis setelah berperang, bagaimana efek psikologis bila menang pertempuran, atau sebaliknya bagaimana mempertimbangakan efek psikologis bila kalah perang.

a. Masyakat Indonesia
Kegunaan Moral Sosial bagi masyarakat Indonesia sangat fundamental sekali, seperti fakta yang saya sebutkan di atas, bahwa Indonesia secara alami adalah memiliki perbedaan. Sehingga bila kita dapat mengaplikasikan moral sosial maka terciptalah keseimbangan yang harmonis , karena pluralisme yang terjadi bukan hanya dimulut saja ( karena adanya sekatan-sekatan yang manusia buat terhadap perbedaan keyakinan agama ) dengan moral sosial kita akan melihat sesama warga murni dari sang individu tersebut tanpa melihat perbedaan-perbedaan.
Prinsip moral sosial adalah ”perbedaan adalah untuk saling memahami, bukan untuk saling menghakimi

b. Kemanusiaan
Masyarakat global pun memiliki ketidak pastian dalam sudut pandang logika, sehingga sudut pandang moral sosial yang khas timur pun dapat menjadi penyeimbang dalam hal yang serba tidak pasti ini, logika tampaknya sudah menjadi gagasan yang mahal dan mengarah ke materialis.
Sehingga bila logika diadopsi dengan gagasan moral sosial, terjadilah keseimbangan dalam menjalani kehidupan sosial masyarakat dunia, dengan tidak ada lagi sikap merasa bangsa ini lebih superior atau sebaliknya. kesamarataan derajat manusia, harkat dan martabat bisa berjalan harmonis, juga pertimbangan - pertimbangan politis yang terlalu gegabah bisa terhindar dengan memakai sudut pandang moral sosial atau moral hazard.
Pemerintah harus menyadari bahwa aset terbesar bangsa adalah masyarakatnya, maka bisa dibilang: penyebaran gagasan moral sosial keseluruh pelosok Indonesia adalah investasi bagi masadepan bangsa.
Sehingga bila masyarakatnya memiliki etos menjadi masyarakat yang mandiri juga masyarakat yang solutif. Maka lengkaplah bangsa ini , karena selain memiliki SDA , kelak akan memiliki SDM yang ideal.

Penutupan: 
Saat ini masyarakat mengkritisi pemerintah yang tak bermoral dengan cara yang tak kalah amoral. Tanpa menyadari bahwa ” Pemerintah awalnya adalah bagian dari masyarakat dan lingkungan atau budayanya “.

Maka dengan gagasan membudayakan moral sosial, kelak bangsa ini memiliki pemerintahan yang berasalkan dari lingkungan yang bermoral. Budaya yang terbentuk secara alami, sehinnga terbentuklah etos kerja penggunaan logika dengan mengedepankan moral sosial. Hal ini juga akan merubah paradigma harapan masyarakat yang semu, bahwa akan ada sosok pemimpin bermoral yang ” jatuh dari langit ” dan akan menyelamatkan bangsa ini dari kehancuran, sang mesias yang dinamakan kesatrio paningit ( Ramalan Jayabaya ) , gagasan ini akan merubah secara perlahan sikap kepercayaan diri masyarakat, bahwa kelak bangsa ini memiliki masyarakat yang berjiwa kesatrio ( pemikiran progresive namun logis )
Sehingga bila kelak bangsa ini mengalami kebangkitan ekonomi global, juga disertai kesadaran kolektif bangsa untuk memiliki karakter kuat/ budaya bangsa yang bermoral. Sehingga kelak Indonesia akan memasuki era kegelimangannya, menuju era pencerahan bangsa, juga mercusuar bagi dunia.


Sumber

Ilmu Sosial Dasar dan Sistem Komputer Dalam Fenomena Kehidupan


PENGERTIAN ILMU SOSIAL DASAR


Ilmu Sosial Dasar (ISD) adalah pengetahuan yang mengkaji masalah-masalah sosial, khususnya yang diwujudkan oleh masyarakat dengan menggunakan pengertian-pengertian (fakta, konsep, teori) yang berasal dari berbagai bidang pengetahuan keahlian dalam ilmu-ilmu sosial seperti : sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi, psykologi sosial.

Beberapa Pengertian tentang Ilmu Sosial Dasar :
  •          Ilmu Sosial Dasar tidak merupakan gabungan dari ilmu-ilmu sosial yang dipadukan, karena masing-masing memiliki obyek dan metode ilmiahnya sendiri-sendiri yang tidak mungkin dapat dipadukan.
  •          Ilmu Sosial Dasar bukan merupakan disiplin ilmu tersendiri, karena Ilmu Sosial Dasar tidak mempunyai obyek dan metode ilmiah tersendiri dan juga tidak mengembangkan suatu penelitian sebagai mana suatu disiplin ilmu.
  •       Ilmu Sosial Dasar merupakan suatu bahan studi atau Program Pengerjaan yang khusus dirancang untuk kepentingan pendidikan/pengajaran yang di Indonesia diberikan di Perguruan Tinggi.
  •           Ilmu Sosial Dasar adalah ilmu pengetahuan yang menelaah masalah-masalah sosial, khususnya yang diwujudkan oleh masyarakat Indonesia dengan menggunakan pengertian-pengertian (fakta, konsep, teori) yang berasal dari berbagai bidang pengetahuan keahlian dalam lapangan ilmu-ilmu sosial seperti: sejarah, ekonomi, geografi sosial, sosiologi, antropologi, psikologi sosial.


TUJUAN ILMU SOSIAL DASAR


  1. Memahami dan menyadari adanya kenyataan-kenyataan sosial dan masalah – masalah sosial yang ada dalam masyarakat.
  2. Peka terhadap masalah-masalah sosial dan tanggap untuk ikut serta dalam usaha-usaha menanggulanginya.
  3. Menyadari bahwa setiap masalah sosial yang timbul dalam masyarakat selalu bersifat kompleks dan hanya dapat mendekatinya mempelajarinya secara kritis dan interdisipliner.
  4. Memahami jalan pikiran para ahli dari bidang ilmu pengetahuan lain dandapat berkomunikasi dengan mereka dalam rangka penanggulangan  masalah sosial yang timbul dalam masyarakat.
Tujuan diberikannya mata kuliah ilmu sosial dasar yaitu dalam rangka usaha untuk memberikan pengetahuan dasar dan pengetahuan umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan guna mengkaji gejala-gejala sosial agar daya tanggap, perpepsi dan penalaran mahasiswa dalam menghadapi lingkungan sosialnya dapat ditingkatkan, sehingga lebih peka terhadapnya.
Ilmu sosial dasar tidak merupakan gabungan dari ilmu-ilmu sosial yang dipadukan, karena masing-masing sebagai disiplin ilmu memiliki objek dan metode ilmiahnya sendiri-sendiri yang  tidak mungkin dipadukan.

Ilmu sosial dasar bukan merupakan disiplin ilmu tersendiri, karena ilmu sosial dasar tidak memiliki objek dan metode ilmiah tersendiri dan juga tidak mengembangkan penelitian sebagai mana suatu disiplin ilmu, seperti ilmu-ilmu sosial di atas.

Bahan pelajaran Ilmu Sosial Dasar dapat dibedakan 3 golongan :

1. kenyataan-kenyataan social yang ada dala mmasyarakat, yang secara bersama-sama merupakan masalah social tertentu.

2. konsep-konsep social atau pengertian-pengertian tentang kenyataan-kenyataan social dibatasi pada konsep dasar atau elemnter saja yang sangat diperlukan untuk mempelajari masalah-masalah social yang dibahas dalam Ilmu Pengetahuan Sosial

3. masalah-masalh yang timbul dalam masyarakat, biasanya terlibat dalam berbagai kenyataan-kenyataan social yang antara yang satu dengan yang lainnya berbeda.



Dari definisi diatas kita dapat menyimpulkan bahwa Ilmu Sosial dasar mencakup segala Bidang dalam kehidupan, Maka dari itulah Ilmu Sosial Dasar merupakan suatu usaha yang dapat diharapkan memberikan pengetahuan umum dan pengetahuan dasar tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk melengkapi gejala-gejala sosial agar daya tanggap (tanggap nilai), persepsi dan penalaran mahasiswa dalam menghadapi lingkungan sosial dapat ditingkatkan , sehingga kepekaan mahasiswa pada lingkungan sosialnya menjadi lebih besar.


Apa itu Sistem Komputer?
Sebagian masyarakat mungkin sudah mengenal Sistem Komputer, karena dari kata “Komputer” sendiri sudah mengandung makna bahwa itu berkaitan dengan Komputer itu sendiri. Tapi untuk orang di daerah-daerah tertinggal seperti contoh di Irian Jaya, yang sebagian besar masyarakatnya masih menggunakan koteka mungkin belum mengerti apa itu Sistem Komputer, Sistem Komputer itu sendiri memiliki arti kata, yaitu dari kata “Sistem” dan kata “Komputer” . Sistem adalah suatu tatanan yang saling terhubung dan memiliki lintasan dalam komponen-komponen yang ada. Dan untuk istilah Komputer sendiri adalah perangkat keras dan perangkat lunak yang saling terhubung dengan bantuan brainware (Pengguna).
Dalam kaitannya dengan Ilmu Sosial Dasar, perkembangan perangkat keras di dunia teknologi informasi juga berkembang sangat pesat. Komputer (prosesor computer) telah digunakan diberbagai bidang seperti mesin-mesin industry, alat-alat rumah tangga, bidang keamanan, otomotif, mainan elektronik (games), dan sebagainya.

 Lalu apa yang mendasari semua itu? Semuanya saling berkaitan dengan Ilmu Sosial, tetapi dalam kaitannya dengan Komputer tentu ada hal yang menguntungkan dan ada pula yang dirugikan dalam sebuah sosialisainya, banyak jejaring sosial yang telah dikembangkan oleh para ahli computer. Seperti Facebook, Twitter, Skypie dan masih banyak lainnya. Tetapi semua itu belum bisa menjadikan manusia saling bersosialisasi. Karena semua itu hanya saling terhubung dalam dunia maya.

Apa kaitannya antara Ilmu Sosial Dasar dan Sistem Komputer dalam fenomena kehidupan?
Dalam fenomena kehidupan sekarang memang yang namanya manusia tidak lepas dari apa itu Teknologi, semua teknologi itu tentunya diciptakan oleh seseorang yang ahli dibidang teknologi, semua itu diciptakan tentunya untuk membantu manusia dalam kehiduan sehari-hari. Dalam kesehariannya manusia tidak lepas dari komunikasi antar sesamanya. Namun bagaimana untuk jarak yang jauh seseorang dapat saling berkomunikasi, maka diciptakanlah Telefon, Komputer, dan masih banyak contoh lain, Komputer sendiri memiliki banyak kegunaan baik untuk pengerjaan tugas-tugas kantor, computer sendiri dapat digunakan untuk sarana komunikasi jarak jauh. Dalam Sistem Komputer mahasiswa diajarkan mengenai jaringan, program-program logika dan elektro (berkaitan dengan perangkat keras) tentunya disini mahasiswa diharapkan dapat menciptakan alat yang lebih inovasi dan dapat digunakan oleh banyak orang. Terciptanya Sistem Komputer juga memiliki tujuan, yaitu :
Menguasai dasar ilmu dan teknologi pengolahan informasi yang berbasi komputer dan mampu menganalisis, merancang, membangun, dan menciptakan perangkat keras dan devais berbasiskan komputer (sistem tertanam/sistem embeded).
Tentunya ini saling berhubungan apa itu Ilmu Sosial, Sistem Komputer dalam suatu fenomena kehidupan adalah untuk menjadikan manusia yang terampil dan Inovasi tentunya.